Kamis, 24 Maret 2016

manajemen dakwa : pembahasan arti, sejarah, dan peranan manajemen dakwah






BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Manajemen Dakwa
Pandangan arti Manejemen Dakwah dari sudut pandang sebagai berikut; 
 A. Pengertian Manajemen
Pengertian  manajemen,   secara  etimologis,   kata manajemen  berasal  dari  bahasa  inggris,   Management,   yang  berarti  ketatalaksanaan,   tata  pimpinan  dan  pengelolaan. Artinya  manajemen  adalah  sebagai  suatu  proses  yang  diterapkan  oleh individu  atau kelompok  dalam  upaya­upaya  koordinasi  dalam  mencapai  suatu  tujuan. Dalam  bahasa Arab  istilah  manajemen  diartikan  sebagai  An­Nizam  atau  At­Tanzim,   yang  merupakan  suatu  tempat  untuk  menyimpan  segala sesuatu  dan  penempatan  segala  sesuatu  pada  tempatnya. Pengertian  tersebut  dalam  sekala  aktivitas  juga  dapat  diartikan  sebagai  aktivitas  menertibkan,  mengatur  dan  berpikir  yang  dilakukan oleh seseorang, sehingga ia mampu mengemukakan,  menata, dan merapikan segala sesuatu yang ada di sekitarnya, mengetahui  prinsip­prinsipnya  serta  menjadikan  hidup  selaras  dan  serasi  dengan  yang  lainnya. Sedangkan  secara  terminologi  terdapat  banyak  definisi  yang  dikemukakan  oleh  para  ahli, diantaranya adalah :
“The  process  of  planing,  organizing,leading,and  controling  the  work  of  organization  members and of using all availeabel organizational resources to reach stated organizatonal goals”.
[1]Sebuah  proses  perencanaan,  pengorganisasian,  pengaturan  terhadap  para  anggota  orgaisasi  serta penggunaan  seluruh  sumber­sumber  yang  ada  secara  tepat  untuk  meraih  tujuan  organisasi  yang telah di tetapkan.[2]




[2] Riri Gusriani,’’Definisi Manejemen Dakwah’’, http://ririgusriani.blogspot.co.id/2013/04  /definisi­manajemen­dakwah29.html. (diakses tanggal 18 maret 2016).



 Ini adalah beberapa pendapat dari para ahli tentang Pengertian manajemen menurut para ahli hanya beberapa yang bisa kami paparkan yaitu sebagai berikut;
Beberapa Pengertian manajemen menurut para ahli:
a.       James  A. F.   Stoner :  Manajemen  adalah  suatu  proses  perencanaan,   pengorganisasian,  kepemimpinan,  dan  pengendalian upaya  dari  anggota  organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada  organisasi  untuk  mencapai  tujuan  organisasi yang  telah  ditetapkan  sebelumnya.
b.      Dr. Buchari Zainun : “Manajemen adalah penggunaan efektif daripada sumber­sumber tenaga manusia  serta  bahan­bahan material lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan itu.”
c.       Prof. Oey  Liang  Lee:  “Manajemen  adalah  seni  dan  ilmu  perencanaan,   pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan mengontrolan dari  human  and  natural  resources”.[3]
B. Pengertian Dakwa
      Pengertian  dakwah,   secara  etimologis,   dakwah  berasal  dari  bahasa  Arab, yaitu Da'a, Yad'u' Da'wan, Du'a, yang  diartikan  sebagai  upaya  mengajak,   menyeru,   memanggil,   seruan,   permohonan,   dan  permintaan.   Istilah  ini  sering  diberi  arti  yang sama  dengan  istilah  Tabligh,   Amr  Ma'ruf  Nahyi Munkar, Mau'idzah Hasanah, Tabsyir, Indzhar, Washiyah, Tarbiyah, Ta'lim, dan Khatbah. Dari definisi tersebut  maka  dapat  disimpulkan  makna  dakwah islam yaitu sebagai  kegiatan  mengajak,  mendorong  dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk  meniti  jalan  Allah dan Istiqomah  dijalan­Nya  serta  berjuang  bersama  meninggikan agama  Allah.
C. Kesimpulan
      Dari  definisi  manajemen  dan  dakwah  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  Pengertian  Manajemen  dakwah  yaitu  sebagai  pproses  perencanaan tugas, mengelompokan tugas,  menghimpun  dan  menempatkan  tenaga­tenaga  pelaksana  dalam kelompok­kelompok  tugas  dan  kemudian menggerakan  ke  arah  tujuan  dakwah. Inilah  yang merupakan  inti  dari  manajemen  dakwah,   yaitu  sebuah  pengaturan  secara  sistematik  dan  koordinatif  dalam  kegiatan  atau  aktifitas dakwah  yang  dimulai  dari  sebelum  pelaksanaan  sampai  akhir  dari  kegiatan  dakwah.[4]
2.2. Tujuan Manajemen Dakwa
Dalam  perencanaan  dakwah,  tujuan  yang  dimaksud  adalah  suatu  hasil  akhir  atau titik  akhir  yang  akan  dicapai  yaitu  terwujudnya  kebahagiaan  dan  kesejahteraan hidup didunia  dan  akhirat  yang  diridhoi  Allah  SWT.  Sedangkan  sasaran yang dimaksud yaitu hasil yang dicapai dari setiap kegiatan­kegiatan untuk mendukung terwujudnya Tujuan dakwah. Tujuan dan sasaran dalam  perencanaan dakwah dapat kita lihat dari tujuan organisasi dakwah yang  dikemukakan  oleh  Zaini  Muchhtarom  bahwa  tujuan organisasi  dakwah  pada  hakikatnya  mengemban  tujuan  dakwah  itu  sendiri. (Dra. Rahima Zakia M.Pd, 2006:72).
a.   Tujuan Manajemen
Tujuan  adalah  sesuatu  hasil  (generalis)  yang  ingin  dicapai  melalui  proses  manajemen.  Pengertian tujuan  dan  sasaran  hampir  sama  bedanya  hanya  gradual  saja,  tujuan  maknanya  hasil  yang  umum sedangkan  sasaran  berarti  hasil  yang  khusus.  Tujuan  menurut  G.  R.  Terry  adalah  hasil  yang diinginkan  yang  melukiskan  skop  yang  jelas,  serta  memberikan  arah  kepada  usaha­usaha  seorang manajer.Tujuan  yang  ingin  dicapai  selalu  ditetapkan  dalam  suatu  rencana,  karena  itu  hendaknya  tujuan ditetapkan  ”jelas,  realistis,  dan  cukup  cukup  menantang  berdasarkan  analisis  data,  informasi,  dan pemilihan dari alternatif­alternatif yang ada.[5]
b.   Tujuan Dakwa
Tujuan  utama  dakwah  adalah  nilai  atau  hasil  akhir  yang  ingin  dicapai  dan  diperoleh  oleh keseluruhan  tindakan  dakwah  yaitu  Kebahagiaan  dan  kesejahteraan  hidup  di  dunia  dan  di  akhirat yang  diridhai  oleh  Allah  Swt.[6]
     Menurut  Asmuni  Syukir  dalam  bukunya  mengemukakan  tujuan dakwah bahwa pada khususnya tujuan dakwah itu ialah:
a)     Mengajak  umat  manusia  yang  sudah  memeluk  islam  untuk  selalu  meningkatkan  taqwanya kepada Allah swt.
b)    Membina mental agama islam bagi kaum yang masih mualaf.
c)     Mengajak  umat  manusia  yang  belum  beriman  agar  beriman  kepada  Allah  (memeluk  agama islam).
d)    Mendidik dan mengajar anak­anak agar tidak menyimpang dari fithrahnya.[7]
             Sementara itu M. Natsir, dalam serial dakwah Media Dakwah mengemukakan, bahwa  tujuan  dari dakwah itu adalah:
a)     Memanggil  kita  pada  syarita,  untuk  memecahkan  persoalan  hidup, baik persoalan hidup perseorangan atau persolanan  rumah tangga, berjamaah masyarakat, berbangsa­bersuk bangsa, bernegara dan berantar­nergara.
b)     Memanggil  kita  pada  fungsi  hidup  sebagai  hamba  Allah  di  atas  dunia  yang  terbentang  luas yang  berisikan  manusia  secara heterogen, bermacam karakter, pendirian dan  kepercayaan, yakni fungsi sebagai syuhada’ala an­naas, menjadi pelopor dan pengawas manusia.
c)     Memanggil kita kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah Allah.
                                Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku sasaran agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya  dalam  kehidupan  sehari­hari, baik  yang  bersangkutan  dengan  masalah  pribadi, keluarga  maupun  sosial kemasyarakatnya, agar mendapatkan keberkahan dari Allah Swt.
Sedangkan tujuan dakwah secara khusus dakwah merupakan perumusan tujuan umum sebagai perincian daripada tujuan dakwah.[8]
           Akhirnya  kita  dapat  mengambil  kesimpulan  bahwa  secara  umum  tujuan  dan  kegunaan  manajemen dakwah  adalah  untuk  menuntun  dan  memberikan arah agar pelaksanaan dakwah dapat diwujudkan secara professional dan proporsional. Dan pada  hakikatnya  tujuan  manajemen  dakwah  disamping memberikan  arah  juga  dimaksudkan  agar  pelaksanaan  dakwah  tidak  lagi  berjalan  secara konvensional seperti tabligh dalam  bentuk  pengajian dengan tatap muka tanpa pendalaman materi,tidak ada kurikulum, jauh dari interaksi yang dialogis dan sulit untuk dievaluasi keberhasilannya.
2.3. Sejarah Manejemen Dakwa
Secara klasik manajemen muncul ribuan tahun lalu ketika manusia sudah melakukasebuah pengorganisasian yang diarahkan kepada orang orang yang bertanggung jawab atas perencanaan, pemimpin dan pengendalian kegiatan manusia. Manajemen klasic dimulai sejak zaman prasejarah dan berkembang bersamaan dengan perkembangan manusia. Hal ini didasrkan pada zaman manusia mesopotomia yaitu masyarakat yang menggunakan uang sebagai alat pembayaran. Pada waktu itu mata uang logom digunakan sebagai alat tukar menukar dalm mengatur perdagangan. Mesir kuno sebagai salah satu peradapan dunia yang tercatat dalam “pepipus” yang dikenal dengan keajaiban piramidanya. Beralih keromawi kuno yang merupakan kebanggaan dari Romawi Kuno dengan maha karya “Cecero” yang menggunakan konsep administrasi dan konsep demokratos yang merupakan idaman masyarakat modern. Sementara itu sejarah perkembangan manajemen dunia tumbuh dan perkembanag pesat karena dibuthkan untuk mengatur dan bekerja sama secara simbolis dalam dunia industri, pertanian, pendidikan dan lain lain. Sebagai perintis ilmu manajemen , Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin klasik, dimana ia mengemukakan keuntungan ekonomi yang akan diperoleh organisasi atau masyarakat yang melakukan pembagian kerja. Pengaruh lain terjadi pada saat revolusi industri di Inggris, sumbangan penting dalam dunia manajemen adalah terjadinya proses pengambilalihan tenaga mesin dengan cepat menggantikan tenaga manusia, yang pada gilirannya menjadikan produksi lebih ekonomis. Sedangkan dalam prinsip manajemen islam, dalam sejarh perkembangannya manajemen dipengarui oleh agama, tradisi, adat istiadat dan sosial budaya. Maka islam dalam memandang manajemen berdasarkan teologi, yakni pada dasarnya manusia memiliki potensi positif yang dilukiskan dengan istilah hanif.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Hadist Qudsi yang artinya ”sesungguhnya telah kuciptakan hamba­hambaku berwatak hanif, kemudian setan datang kepa mereka, maka disesatkan mereka dari agama mereka”. Dalam Hadis Qudsi diterangkan bahwa, jika manusia melakukan perbuatan yang jelek, maka hali itu merupakan pengaruh dari dirinya sendiri yang datang dari luar dirinya, sebab dirinya tak mampu menhasilkan sesuatu yang jelek. Sedangkan dalam watak hanif ini akan mengiringi manusia pada sifat dasrnya yaitu cenderung untuk memilih yang baik dan benar dalam kehidupannya. Al Quran juga menerangkan pokok­pokok ajaran yang merupakan prinsip dasar manajemen. Di mana di dalam akan tergambar ajaran mengenai hubungan manusia dengan kholiqnya dan terdapat ajaran mengenai prinsip cara memimpin, mengelola, serta mengatur kehidupan. Dalam tauhid manajemen merupakan sebuah teknik untuk mengelola supaya tidak lepas dari ubudiyah dan mu’amalah merupakan sebuah aspek tauhid yang harus dipercayai dan diyakini. Pada masa Rosululloh, banyak teladan dalam manajemen dari kehidupan dakwah rosululloh. Melauli petunjuk Allah SWT Rosulullah mulai melakukan aktivita dakwahnya scara hierarki. Dengan cara mengajak keluarga dekat kemudian pengingat kaumnya, pengingat angsa arab, dan yang terakir beliau pengingat seluruh alam. Secar keseluruhan aktivitas dakwah Rosululloh telah termanjerial.[9]  
2.4. Peranan Manejemen Dakwa
Dalam era modern sekarang ini, dirunjukkan dengan berkembangnya pengetahhuan dan teknologi. Pada masa ini penuh dengan problema yang kompleks, problema tersebut menyangkut politik, sosial, ekonomi, budaya dan kenegaraan. Untuk mengetasi problema tersebut perlu adanya ilmu manajemen. Sementara itu, Christher J. Barnard mengemukakan “ Tidak ada suatu hal untuk akal modern seperti sekarng ini yang lebih penting dari administrasi dan manajemen”. Ajaran islam adalah konsepsi yang  sempurna dan komperhensgip. Karena meliputi aspek kehidupan manusia, betapa pun garis besarnya saja, baik yang bersifat duniawi dan ukhrawi. Sebagaiman diterangkan dalam surat Al Maidah ayat 3 yang artinya “Pada hari ini telah aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku­cukupkan kepada­Mu nukmat­Ku, dan telah kuridhai islam sebagai agamamu”.
Menurut Mitzbererg peranan manajerial dapat diklasifikasikan dalam berbagai kegiatan yaitu;
a)   Berkaitan dengan hubungan antar pribadi.
b)   Berkaitan dengan informasi.
c)   Berakaitan dengan penganbialan keputusan.[10]
2.5. Sarana Manejemen Dakwa
     Disini kami membagi sarana manejemen dakwah menjadai dua jenis sarana Diantara sarana­sarana manajeman yaitu sebagai berikut;
1.       Sarana yang bersifat manajerial;
a)      Manajemen dengan pengaturan yaitu manajemen yang didasarkan pada sikap berlebih lebihan tanpa memikirkan aspek keluar,
b)      Manajemen reaksi, manajemen yang disasarkan pada aspek menunggu reaksi pihak lain,  
c)      Manajemnen krisis , merupakan sebuah manjemen yang bersifat insidental,
d)      Manajemen bertujuan, manajemen yang dibangun berdasarkan sikap memperliahtkan tujuan kepada kariawan,
e)      Manajemen mengakah, Manajemen dengan strategi mundur dalam melakukan posisi, dll.
2. Sedangkan sarana manajemn yang bersifat aplikatif melitputi :
2. Sedangkan sarana manajemen yang bersifat aplikatif melitputi;
a)      Penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas atau memadai.
b)      Pengadaai informasi yang tepat dan akurat
c)      Pengadaan alat­alat pendukung
d)      Pengadaan dakwah yang sesuai dengan kebutuhan serta dengan kondisi mad’u
e)      Dukungan finansial untuk pendukung sesuai aktifitas lembaga dakwah.[11]
          “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orangorang yang beruntung." (Q.S. Ali-Imran ; 104)[12]












[2] Riri Gusriani,’’Definisi Manejemen Dakwah’’, http://ririgusriani.blogspot.co.id/2013/04  /definisi­manajemen­dakwah29.html. (diakses tanggal 18 maret 2016).
[3]Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, “Manajemen  Dasar  Pengertian  dan  Masalah, Jakarta: Bumi  Aksara, Cet; 8, 2009. h. 20.
[4] Riri Gusriani,’’Definisi Manejemen Dakwah’’, http://ririgusriani.blogspot.co.id/2013/04  /definisi­manajemen­dakwah29.html. (diakses tanggal 18 maret 2016).
[5]Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, “Manajemen  Dasar  Pengertian  dan  Masalah, Jakarta: Bumi  Aksara, Cet; 8, 2009. h. 17-19. 
[6]Drs. Abd. Rosyad Shaleh, “Manajemen Dakwah Islam”, Jakarta: Bulan Bintang, 1977, h.21
[7]Asmuni Syukir, “Dasar­dasar Strategi Dakwah Islam”, Surabaya: Al­Ikhlas, 1983, h. 49
[8]M. Munir, S. Ag, M.A., “Manajemen Dakwah”, Jakarta: Rahmat Semesta, 2009, h.87-90
[9]Miftakhul Huda, “Manejemen Dakwa”, http://mi ftakhulhuda64.blogspot.co.id/2012/12/   manaj emen­ dakwah.html. (diakses tanggal 19 maret 2016).
[10]Miftakhul Huda, “Manejemen Dakwa”, http://mi ftakhulhuda64.blogspot.co.id/2012/12/   manaj emen­ dakwah.html. (diakses tanggal 19 maret 2016). 
[11] Miftakhul Huda, “Manejemen Dakwa”, http://miftakhulhuda64.blogspot.co.id/2012/12/   manaj emen­ dakwah.html. (diakses tanggal 19 maret 2016). 
[12] Farid Kamal Ansori, “Surat Ali Imran Ayat 104 dan Artinya”, http;//www.suratyasin.co com /2015/04/surataliimranayat104danartinya.html. (diakases tanggal 22 Maret 2016).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar